sta PPID KABUPATEN KARANGASEM-ppid.karangasemkab.go.id

Baca Artikel

Ni Ketut Ayu Mertha Sari, Berprestasi Bidang Sastra Dikira Orang Gila

Oleh : karangasemkab | 06 Januari 2014 | Dibaca : 1271 Pengunjung

Bagi Ni Ketut Ayu Mertha Sari, kelahiran Desa Jasri, Kecamatan Karangasem, 12 Agustus 1991 mengegeluti seni sastra dan bahasa Bali adalah kegemarannya sejak masih kanak-kanak umur sembilan tahun. Dari hobinya dan kepiawainnya itu, akhirnya mendulang beberapa predikat juara dari lomba yang diikuti baik di tingkat lokal regional maupun nasional. Prestasi yang telah digondolnya itu sampai memasuki usia dewasa seperti sekarang ini. Maklum kepiawainnya bidang sastra Bali, Tut Ayu, demikian sapaan akrabnya, anak keempat dari lima bersaudara, mengalir dari  kedua orang taunya.  Ayahnya I Ketut Labek (alm), dulu adalah guru bahasa Bali dan Kepala sekolah SMPN 1 Amlapura, sedangkan ibunya Ida Ayu Nyoman Oka Murniasih, kini guru SDN 1 Subagan, Kecamatan Karangasem.  Guna mendalami hobinya lebih jauh, Tut Ayu melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Agama Hindu Amlapura jurusan Bahasa Bali, dan kini sudah menduduki bangku kuliah semester VIII. Dan lag-lagi di bangku kuliah prestasinya kembali terajut beberapa kali meraih juara tingkat propinsi bahkan sampai nasional.

Apa saja prestasinya hingga di pergurun tinggi sekarang? Menurut penuturan Tut Ayu ditemui di tempat tugasnya di Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangasem. Di mulai meraih juara I Lomba membaca sloka tahun 2010 lalu dalam kegiatan Temu Karya Ilmiah (TKI) yang diselenggarakan di Ibukota Jakarta tepatnya di Hotel Red Top. Juga kegiatan yang sama TKI lomba Palewakya tingkat perguruan tinggi agama Hindu se-Indonesia tahun 2013 diselenggarakan di Palangkaraya, Kalimantan, dirinya hanya meraih juara II. Diajang tahunan Pesta Kesenian Bali tahun 2011 lalu.  Tut Ayu menyabet juara I. Dengan beberapa predikat juara  tingkat nasional itu, mengantar dirinya selama kuliah sampai tamat tanpa biaya alias gratis, memperoleh beasiswa dari Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI dan Kopertis Wilayah VIII Bali, NTB dan NTT.

Dan menurut Tut Ayu,  tahun 2014 mendatang rencananya dirinya lagi akan ikut dikirim oleh almamaternya mengikuti lomba Palewakye tingkat nasional berpasangan dengan kakak kandungnya Ni Kadek Ayu Paramandani yang sama-sama kuliah di STKIP Agama Hindu Amlapura.

Kilas balik prestasi  telah direnggutnya sejak masih duduk di bangku  sekolah dasar. Diawali umur 9 tahun sudah mampu mendapatkan juara I lomba Geguritan dan baca puisi tingkat Kecamatan Karangasem. Selanjutnya ketika sekolah di tingkat SMP, alumnus SMPN 2 Amlapura dan SMAN 1 Amlapura itu, menuturkan saat lomba di tingkat sekolah SMPN 2 Amlapura tahun 2006, dirinya merengkuh juara I Mesatua Bali dalam rangka Bulan Bahasa. Juga, saat dirinya menjadi siswa SMAN  kembali meraih juara I dibidang Baca Puisi Bali dalam rangka HUT SMAN 1 Selat, Kecamatan selat.

Katanya Tut Ayu, meskipun kini telah berkeluarga sejak Oktober beberapa bulan lalu dipersunting pemuda pujaannya, I Gusti Ngurah Gd. Aryawan, STT Par, tinggal di Jalan Sudirman Amlapura, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, dirinya akan terus melakoni dan meningkatkan hobinya tersebut, apalagi keluarga suami saya juga banyak yang menggeluti seni. “kelak nanti tamat kuliah saya ingin menjadi guru bahasa dan sastra Bali, karena dalam sastra Bali, banyak terkandung nilai-nilai filosofi, agama/spiritual, pendidikan, ilmu pengetahuan, etika sor singgih dan pengetahuan lainnya,” ujar Tut Ayu. Sementara ini, dirinya hanya baru mengajar bahasa dan sastra bali di Pasraman Dukuh, Desa Padangkerta, Kecamatan Karangasem.

Ditanya tentang animo anak-anak belajar bahasa dan sastra Bali, “seiring dengan maraknya perkembangan teknologi media sekarang ini, ana-anak sekarang perlu diimbangi diberikan penambahan pendidikan bahasa dan satra Bali agar bahasa Bali tidak lenyap, karena anak-anak lebih senang beralih menikmati asyiknya media modern,” tambah Tut Ayu.

Keberhasilan menuai prestasi Tut Ayu dibidang sastra dan bahasa Bali, bukan saja mengalir begitu saja dari orang tua, tetapi dia harus kerja keras belajar dan belajar. Khusus melatih kualitas vocal suara, dirinya tak segan-segan berlatih dengan terapi di tempat lapang yang luas di pinggir pantai dan perbukitan, katanya agar suaranya lepas dan bebas. Karena kesendiriannya apalagi seorang gadis waktu itu belajar melatih vocal di tepi pantai Jasri dekat rumah masih wilayah desanya, para nelayan di pantai mengira Tut Ayu orang gila. “saya dikira orang gila ngomong keras-keras sendiri, tetapi setelah diberi penjelasan bapak nelayan malah ketawa,” kenang Tut Ayu ketawa cekikikan. Selain belajar nyastra dari orang tua dan kampus, Tut Ayu juga banyak belajar dari seniornya  Ibu Ida Ayu Ebayanti dari Desa Kubu, Kecamatan Kubu. Dengan sepeda motor dirinya kerap menyambangi sang guru Ibu Ida Ayu Ebayanti untuk belajar, meskipun jarak antara rumahnya di Desa Jasri  dengan Desa Kubu sekitar 30 km. Tak pelak  pengalaman pahit pernah dirasakan saat meluncur ke rumah Ibu Dayu, ban sepeda motornya pecah di jalan dan motornya juga mengalami kehabisan bensin. Dengan ketawa Tut Ayu mengenang perjalananya, “masih ada untung tukang tambal ban dan kios bensin dekat tempat kejadian”.



Artikel Lainnya :

Lihat Arsip Artikel Lainnya :

 



Waktu Pelayanan Informasi

Hari Senin s/d Kamis Jam: 07.30 s/d 15.00 Wita

Hari Jumat Jam: 07.30 s/d 14.00 Wita

Link Terkait
Kritik Saran
Polling
Bagaimana Penilaian Anda Terhadap Website ini?
Statistik


4838803

Pengunjung hari ini : 36
Total pengunjung : 468452

Hits hari ini : 13478
Total Hits : 4838803

Pengunjung Online: 4