sta
Oleh : karangasemkab | 25 November 2013 | Dibaca : 1441 Pengunjung
Salahsatu desa di Kabupaten Karangasem mengenal tradisi budaya “perang massal”. Wahhh...perang apa itu, kapan dan dimana terjadi? Terteran nama perangnya, tempat lokasi perangnya di Desa Jasri, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Kab. Karangasem, sekitar 4 km dari kota Amlapura menuju jalur arah jalan Amlapura–Denpasar. Tradisi Terteran yang digelar setiap dua tahun sekali pada tahun bilangan genap ini, terkait dengan digelarnya upacara desa Aci Muu-muu yang diselenggarakan setiap Pengurupukan rainan tilem kesanga, sehari sebelum hari Nyepi.
Saat sandykala matahari mulai terbenam di ufuk barat, persiapan Terteran segera akan dimulai. Diawali sekitar 50 orang laki-laki tua-muda dari para jero mangku, prajuru desaden pengikut lainnya dengan mengenakan kain putih serta kepala terikat daun enau berangkat berjalan kaki menuju Pantai Jasri sekitar 500 meter di sebelah selatan desa untuk melarung caru. Sekembalinya mereka dari melarung caruke laut malam sudah menyungkup bumi. Penulis beberapa kali menyaksikan langsung tradisi ini, tak ada bersitan lampu penerang di jalan maupun rumah. Benar-nenar kelam. Begitumulai memasuki perempatan jalan tepat di patung salak, mereka pembawa caru dihadang serta diter (dilempari) bobok (obor) oleh puluhan orang warga desa. Lemparan bobok itu dilakukan di tiga titik lokasi disepanjang jalan dari pantai menuju Pura Bale Agung. Pembawa caru tidak boleh melawan, hanya menangkis saja dengan obor yang mereka bawa serta terus lari bergegas-gegas menuju arah Pura Bale Agung.
Maksud melempar dengan obor, bahwa sekembalinya pembawa caru dan pengiringnya dari pantai diperkirakan masih diikuti oleh sejumlah roh jahat yang dapat mengganggu ketentraman lingkungan, karena itu ia harus dinetralisir dan tidak boleh masuk ke wilayah desa, sehingga alam lingkungan desa menjadi tentram. Suasana malam itu betul-betul kelam dan tegang, tanpa seberkas sinar lampu di rumah penduduk. Yang terlihat hanyalah pancaran sinar obor di kegelapan malam.
Setelah para pembawa caru dan pengiringnya sampai ke Pura Bale Agung, malam itu juga sekitar jam 07.00 barulah digelar ”perang tanding” Terteran massal. Terteran kali ini sebagai tambahan benar-benar lebih seru dan menegangkan karena terjadi adu saling serang dari ”pasukan” dua kelompok. Melibatkan sekitar 60 orang krama laki-laki tua-muda terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok warga lingkungan Jasri Kaler versus kelompok warga lingkungan Jasri Kelod.
Atraksi Terteran digelar di medandi sepanjang jalan raya umum tepatnya di muka Balai Masyarakat Jasri. Akibatnya jalan raya yang menghubungkan Kota Amlapura-Denpasar sementara sempat ditutup sekitar selama hampir 2 jam. Jalan alternatif diarahkan ke jalur jalan Desa Ujung Hyang dan Desa Asak.
”Medan perang” yang boleh dijelajahi kedua kelompok berhadap-hadapan arah utara-selatan, itu terpisah oleh batas wilayah kelompok, berupa bentangan daun enau yang diikatkan di dua buah penjor yang dipancangkan di sebelah barat dan timur jalan raya.
Bobok(obor) yang dipakai ngeter (melempar) itu, terbuat dari seikat danyuh (daun kelapa kering) yangberukuran sekitar 80 cm. Di tengah cekalan daun kelapa itu, terdapat sebatang kayu kecil berukuran seperempat dari panjangnya obor. Hal itu dimaksudkan agar lemparan obornya lebih jauh, cepat, keras dan helain daun nyiur tidak lepas terurai. Para pemainnya, orang laki-laki tua maupun muda, tidak mengenakan baju, mereka hanya mengenakan kain atau celana.
Begitu peluit tanda mulai dibunyikan oleh petugas Terteran, mereka silih berganti menyerang, obor berseliweran menyerang lawan dari atas maupun bawah, bahkan sampai membentur tubuh teman sendiri. Semburan api yang terlempar sangat indah, seperti kunang-kunang dikegelapan malam. Gerrrrr para penonton selalu bersorak-sorai mentertawakan mereka yang terkena lemparan obor, sebab bukan tidak mungkin tubuh merekaakan terbakar paling tidak hangus. Guessss.....plak, guesss...plak, begitu suara lemparan obor menyeruak di udara. Sementara suara riuh rendah penonton terus menggema memberikan suport. Meskipun masih saudara atau tetangga satu desa mereka tidak peduli.
Seperti penuturan I Ketut Pasek Antara dan I Wayan Suma kepada penulis saat usai mengikuti sebagai ”pasukan perang” Terteran, mereka semangat sekali melakukan peperangan keringat bercucuran membasahi badannya. Meski luka bakar, rasa senang, perih dan sakit berbaur menjadi satu, namun tak mereka rasakan serius luka itu, sebab kalau sudah memegangsecekal obor pada gejolak hati peperangan itu mereka seolah-olah tak ingat apa-apa lagi. Terkadang lemparan obor tidak memenuhi sasaran sampai membentur penonton, suara riuh penonton lainnyapun pecah menertawakan penonton yang kena sasaran lemparan.
I Ketut Pasek Antara (31 tahun) warga Banjar Semadi lingkungan Jasri Kelod yang sudah sejak umur 17 tahun sudah ikut Terteran menuturkan kepada penulis, ”ya sedikit mengerikan kena lemparan obor, apalagi kena muka dan mata, kalau badan kena, sedikit perih, ya tidak apa-apa demi tradisi”. Lanjut Pasek, setiap dirinya ikut Terteran kelompoknya selalu menggunakan strategi formasi layaknya permainan sepakbola. Keseluruhan ”peperangan” berlangsung bisa mencapai sekitar 1 jam, dan berlangsung sampai tiga babak. Berakhirnya babak ke babak ditandai dengan bunyi peluit oleh petugas. Dan peperangan berakhir apabilahabisnya bara obor tersebut.
Atraksi ”perang tanding” massal Terteran bukan hanya digelar saat malam Pengerupukan saja, tetapi lagi dua harinya, pada ngembak geni (sehari setelah Nyepi), lagi digelar ”perang tanding” Terteran di tempat yang sama. Katanya memberikan kesempatan bagi penonton atau warga desa Jasri yang belum sempat menyaksikan dan ikut ”perang tanding” Terteran. Ingin menyaksikan langsung datang sekitar bulan Maret 2014.
Unik, Nyepi di Bali Bersamaan dengan Gerhana Matahari
6465MAKNA NGELINGGIHANG DEWA HYANG
2366Ritual Unik di Desa Adat Asak Karangasem - Nyepeg Sampi Beramai-ramai untuk Menetralisir Alam
2641MENYONGSONG HADIRNYA SEORANG “NEGARAWAN”
2739PENGARUH INTELIGENSI DAN PENALARAN FORMAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 AMLAPURA
Hari Senin s/d Kamis Jam: 07.30 s/d 15.00 Wita
Hari Jumat Jam: 07.30 s/d 14.00 Wita
Pengunjung hari ini : 928
Total pengunjung : 466474
Hits hari ini : 8812
Total Hits : 4792555
Pengunjung Online: 5