sta
Oleh : karangasemkab | 14 Januari 2013 | Dibaca : 2897 Pengunjung
Oleh: Drs. I Wayan Darma, M.Si.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global saat ini patut dicermati. Sebab kemajuan tersebut tidak hanya mendatangkan kemanfaatan bagi kehidupan manusia, tetapi juga membawa dampak negatif bagi manusia itu sendiri. Seperti misalnya kemajuan teknologi informasi, disamping bermanfaat mengakses informasi dengan cepat dalam waktu singkat, juga dapat memberi peluang dan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan – tindakan kejahatan. Seseorang dengan mudah membuat janji atau merencanakan sesuatu melalui percakapan HP atau melalui SMS. Begitu pula halnya anak – anak dan remaja, melalui berbagai media dengan mudahnya terangsang pola hidup konsumerismeyang berlebihan hingga terjerumus ke pola hidup hedonisme, yakni hidup dengan memikirkan kepuasan dan kenikmatan semata – mata tanpa memikirkan kepuasan dan kenikmatan semata – mata tanpa memikirkan akibat selanjutnya. Dan pola hidup remaja seperti itu tentunya akan menimbulkan masalah–masalah sosial di masyarakat.
Masalah sosial anak–anak dan remaja, atau lebih menukik lagi prilaku yang menyimpang dari sebagaian kecil remaja dapat berupa: (1) kebiasaan merokok; (2) minum – minuman keras/mabuk–mabukan; (3) menggunakan narkotika atau zat Aditif lainnya; (4) melakukan sex bebas atau sex pranikah; dan (5) melakukan tindak kekerasan, solidaritas geng. Semua tindakan itu mereka lakukan tentu karena ada latar belakangnya. Tindakan yang dilakukan para remaja tersebut bukanlah berdiri sendiri.
Sesungguhnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang dari remaja. Faktor penyebab tersebut antara lain; 1) kurangnya perhatian dari orang tua, karena kesibukan, keluarga kurang harmonis; 2) pengaruh lingkingan, lingkungan pergaulan/pengaruh teman; 3) tayangan televisi (iklan, sinetron, adegan kekerasan, kemewahan, prilaku prematur misalnya: Siswa SD /SMP diceritakan sudah pacaran); 4) akses internet (adegan/gambar forno); 5) akses media yang lain, majalah, koran, CD Porno; 6). belum mantapnya pendidikan budi pekerti.
Dalam mengatasi permasalahan remaja maka peran keluarga tidak dapat dinisbikan. Keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam membentengi serta mendidik anak – anak dan remaja. Mendidik anak dengan baik sesungguhnya sama pahalanya dengan menghormati orang tua dan leluhur, yakni seseorang akan memperoleh ; 1) Kirti atau mendapat pujian tentang kebaikan 2); Ayusa yaitu kehidupan dengan usia panjang dan sehat; 3) Bala memiliki kekuatan dan kemampuan; 4) Yasa yakni pengabdian yabg tidak tercela (sarassamuccaya 250).
Orang tua atau keluarga memiliki tiga kewajiban pokok terhadap anak agar nantinya bisa menjadi Suputra. Tiga kewajiban yang disebut Tri Kang Sinanggeh DharmaningWwang Tuha sedapat mungkin dilaksanakan dengan baik, meliputi; 1) Wineh Bhoga paribhoga yakni kewajiban orang tua untuk memberikan sandang, pangan, papan yang layak untuk anak – anaknya; 2) Wineh Upapira yaitu kewajiban orang tua untuk melakukan upacara Yadnya (Samskara) untuk anak–anaknya; 3) Wineh Kawerahanyakni orang tua wajib mengusahakan pendidikan dan pengetahuan yang layak untuk anak – anaknya.
Nilai–nilai Budi Pekerti dan Pendidikan Nilai–nilai Kemanusiaan
Nilai – nilai Budi Pekerti sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Nilai – nilai Kemanusiaan. Nilai–nilai Budi Pekerti atau umum disebut Pendidikan Budi Pekerti juga erat kaitannya dengan pendidikan moral, Etika, Tata Krama, dan didalam ajaran agama Hindu disebut Tata Susila Hindu Dharma. Semuanya itu mengacu pada pembentukan karakter atau watak manusia ke arah yang lebih mulia. Pendidikan tanpa mengupayakan pembentukan karakter tidak ada gunanya. Pendidikan yang baik atau pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang berkeseimbangan antara pendidikan berpikir (pendidikan sains) dan pendidikan kemanusiaan (pendidikan humaniora). Keseimbangan ini akan diperoleh melalui proses pembelajaran yang menekankan pada: 1) Olah batin, melalui pembelanjaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2) Olah hati, melalui pembelanjaran kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3) Olah rasa melalui pembelajaran kelompok mata pelajar estetika; 4) Olah pikir, melalui pembelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 5) Olah raga, melalui pembelajaran kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
Pendidikan yang berkeseimbangan tersebut memungkinkan pengembangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang seimbang. Pengembangan fungsi otak kiri yang berkecendrungan pada pola berpikir rasional, logis, linier, dan skuensial. Sedangkan pengembangan fungsi otak kanan berkecendrungan pada pola pikir acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Kedua hal ini harus dikembangkan secara simultan dan seimbang.
Penerapan Nilai – nilai Budi Pekerti dalam Persiapan KBM
Nilai – nilai Budi Pekerti dalam persiapan kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat diterapkan melalui beberapa cara antara lain:
1) Membudayakan siswa untuk selalu bertanggung jawab terhadap penataan ruang kelas termasuk memperhatikan kebersihan, kerapian dan kenyamanan kelas. Guru hendaknya mampu menekankan bahwa kebersihan adalah sebagian dari sradha dan bhakti kita kepada Ida Shangyang Widhi.
2) menanamkan kebiasaan pada siswa untuk selalu memperhatikan kelengkapan sarana di ruang kelas. Dengan demikian berarti siswa telah memberikan pelayanan kepada guru dan kepada teman sekelas. Tekankan bahwa pelayanan adalah Yadnya yang utama (servise is the best worship). Dan dengan mengupayakan kelengkapan sarana belajar di ruang kelas berarti kita sudah menyenangkan orang lain (agawe sukhaning wong len).
3) di kelas rendah misalnya di SD kelas I, II dan III maka penanaman Nilai – nilai budhi pekerti dapat dilakukan dengan: berdoa, duduk diam, bernyanyi bersama, mesatua atau bercerita tentang kebaikan dan keburukan, tentang kepahlawanan dan juga melalui kegiatan – kegiatan kelompok lainnya.
4) usahakan dalam mempersiapkan KBM, di awal tahun ajaran baru nebjadi pengalaman pertama yang terkesan dan menyenangkan bagi siswa. Guru hendaknya mampu menjadi figur yang dapat diteladani, baik dalam berprilaku, berpenampilan maupun bertutur kata. Tutur kata yang sopan, manis, lembut dan menyenangkan akan mampu menyentuh nurani siswa untuk berbudi pekerti yang luhur.
Penerapan Nila- nilai Budi Pekerti dalam KBM
Sesungguhnya penerapan Nilai–nilai Budi Pekerti dapat dilakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar (KBM) dari seluruh mata pelajaran di kelas. Namun demikian diperlukan kecermatan dari guru untuk membuat jaring – jaring tema, atau paling tidak guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan CTL (contextual teaching and learning).
Secara umum penerapan Nilai–nilai Budi Pekerti dalam KBM dapat dilakukan melalui uapaya – upaya sebagai berikut:
1). Membudayakan salam pertemuan / salam penghormatan dengan mengucapkan panganjali “Om Swastyastu” untuk melalui semua mata pelajaran
2) Menanamkan sifat ketulusan hati dan kesungguhan dalam mengikuti setiap mata pelajaran. Sebab ketulusan adalah landasan dari yadnya. Tanamkan bahwa belajar, bekerja, mengajar, melayani, semua itu adalah yadnya.
3) Menanamkan sikap yang baik, luwes dan nyaman ketika membaca (mengatur jarak buku dengan mata, membaca dengan sopan, tidak dengan suara keras); sikap etika bertanya atau interupsi dan sikap empati serta simpati ketika mendengarkan orang lain berbicara. Disini ajaran Tri Kaya Parisudha dapat diimplementasikan melalui hal – hal yang sederhana.
4). Memupuk sikap dalam bekerjasama atau dinamika kelompok dalam hal ini diperlukan rasa saling menghargai, kesiapan untuk menerima dan memberi. Secara tidak langsung ajaran Tat Twan Asi telah diterapkan disini. Dalam dinamika kelompok lebih – lebih dalam diskusi/ bermusyawarah ada doa–doa dalam Reg Weda, agar bisa disatukan dalam pikiran, dalam perkataan dan dicapainya kata mufakat.
5) Dalam KBM hendaknya selalu menekankan kejujuran, kebenaran (satya), baik itu dari pihak guru ketika mengajar maupun dari siswa, lebih – lebih ketika tes ulangan tau ujian.
6). Guru hendaknya memahami tentang sistem aguron – aguron dalam agama Hindu dimasa lampau (seperti yang termuat dalam Silakarma, dan juga dalam Ephos Mahabharata dan Ramayana dll) untuk kemudian dapat menjadikannya referensi dalam KBM yang dilakukan saat ini.
Penerapan Nilai – nilai Budi Pekerti dalam Pergaulan di sekolah
Penerapan Nilai – nilai budi pekerti dalam pergaulan di sekolah dapat dilakukan melalui :
1) Pembiasaan prilaku sadha kerti atau keteladanan orang bijak yakni : hening, selalu mengupayakan keheningan/kejernihan; hening, selalu ingat pada Hyang Widhi, ingat keluarga dan ingat tugas kewajiban; heneng, selalu mengupayakan ketenangan, hawas, selalu waspada dan mampu mengantisipasi keadaan yang akan datang.
2) Menanamkansifat dan sikap sopan santun sedini mungkin pada siswa, jadikan ajaran Tata Susila Hindu sebagai acuan; misalnya mengutif ajaran Susila itu dijadikan slogan, lalu memajangnya pada tempat – tempat yang pantas.
3) Mewajibkan siswa memakai pakaian adat Bali pada setiap kegiatan yang terkait dengan pengembangan muatan lokal, seperti ekskul mulok mejejahitan, kidung kekawin, tari dan tabuh.
4) Mewajibkan siswa memakai pakaian adat ke pura setiap Purnama. Tilem dan hari–hari suci Hindu lainnya. Kemudian di sekolah dilakukan persembahyangan bersama.
5) Pembiasaan pada siswa masing–masing kelas supaya ada piket ngaturang canang/ mebanten pada pelangkiran di kelas.
Sesungguhnya begitu banyak nilai–nilai budi pekerti yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Sekarang tergantung pihak sekolah dan guru. Mau dan mampukah mempasilitasi serta mengimplementasikan hal itu. Jawabnya sangat relatif, karena untuk semua itu diperlukan dukungan dari semua komponen terkait. Betapapun baiknya pendidikan budi pekerti di sekolah bila tanpa dukungan berupa keteladanan dari orang – orang dewasa disekitar siswa, maka semua itu tidak akan ada artinya. Untuk itu perlu ada sinergi dan komitmen untuk merevitalisasi dan ,ereaktualisasikan kembali Pendidikan Budi Pekerti itu sendiri.
Unik, Nyepi di Bali Bersamaan dengan Gerhana Matahari
6432MAKNA NGELINGGIHANG DEWA HYANG
2343Ritual Unik di Desa Adat Asak Karangasem - Nyepeg Sampi Beramai-ramai untuk Menetralisir Alam
2632MENYONGSONG HADIRNYA SEORANG “NEGARAWAN”
2729PENGARUH INTELIGENSI DAN PENALARAN FORMAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 AMLAPURA
Hari Senin s/d Kamis Jam: 07.30 s/d 15.00 Wita
Hari Jumat Jam: 07.30 s/d 14.00 Wita
Pengunjung hari ini : 62
Total pengunjung : 463330
Hits hari ini : 245
Total Hits : 4737460
Pengunjung Online: 2